Twitter sesungguhnya masih jauh lebih populer ketimbang Facebook. Sebagian besar orang mulai dari politisi, pejabat publik, tokoh publik, hingga salesman memiliki akun Twitter. Tweet adalah istilah untuk menggambarkan penyampaian pesan mulai dari isu-isu nasional, internasional, isu politik, hingga gosip kampung. Twitter memperkenalkan istilah 'hashtag' yang kemudian turut membentuk sebuah budaya baru dalam berkomunikasi di jejaring sosial. Tidak seperti Facebook yang dapat memuatkan pesan status dengan jumlah karakter lebih banyak, tetapi Twitter relatif lebih disukai untuk menyampaikan sebuah pesan khas yang disebut Tweet. Twitter mendapatkan uang dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara yang dilakukan oleh Facebook.
Sekarang ini untuk mendapatkan rangkaian Tweet tidak lagi harus memiliki akun Twitter. Siapapun bisa mendapatkannya hanya dengan mengakses melalui mesin pencari Google. Pihak Twitter menerbitkan fasilitas layanan yang menghimpun sejumlah Tweet dari pihak tertentu berdasarkan kelompok hashtag yang disebut Chiphistory. Di sinilah pihak Google kemudian harus membayarkan ke Twitter agar mesin pencarinya dapat menjangkau keseluruhan layanan Twitter yang dibuka ke publik. Tidak hanya Google, tetapi termasuk pula Yahoo! dan Bing (Microsoft). Tidak hanya Chiphistory, akses informasi seperti profile seseorang pun bisa diakses melalui mesin pencari. Tetapi semua itu tidak berarti gratis. Pihak pengelola mesin pencari (search engine) diharuskan membayarkan sejumlah tertentu ke pihak Twitter.
Bagaimana apabila seperti Google tidak mau bekerjasama dengan Twitter?
Twitter bisa membuat halaman (site) khusus yang diperlengkapi dengan mesin pencari sendiri. Tidak akan sulit bagi Twitter yang memiliki jutaan user untuk mensosialisasikan ataupun mempopulerkan di kalangan pengguna Twitter maupun bukan pengguna Twitter. Lalu Google, bisa jadi akan semakin ditinggalkan jutaan penggunanya di seluruh dunia, karena akan lebih baik mengakses mesin pencari yang bisa menjadi satu dengan Twitter. Bisnis bukan semata kesempatan untuk mencari peluang, tetapi kecerdikan untuk menutup peluang. Google mesti membayarkan lebih banyak uang ke Twitter agar membuka lebih banyak aksesnya ke mesin pencari Google, ketimbang membuka akses lebih banyak ke mesin pencari lainnya. Fakta inilah yang termasuk turut mendorong Google untuk meluncurkan dan mengembangkan Google Plus.
Sekedar informasi, pada tahun 2012, Twitter disebutkan membukukan penerimaan sebesar USD 350 juta atau sekitar Rp 3,22 triliun (Alexis Tsotsis, TechCrunch, 18 Desember 2012). Tetapi angka tersebut diperkirakan akan terus menanjak hingga estimasi di 2014. Perkiraan terkini untuk tahun 2013 akan menembus di atas angka USD 1 miliar atau sekitar Rp 9,2 triliun. Sebesar 50% di antaranya diperkirakan berasal dari jasa periklanan pada layanan mobile (mobile ads). Bisa dikatakan pula, Twitter lebih banyak menggantungkan sumber penerimaannya yang berasal dari jasa periklanan. Sesuatu yang mungkin luput dari pengamatan kebanyakan pengguna Twitter, bahwa hanya dengan satu tombol tadi yang kemudian membuat terjadi aliran jutaan dolar setiap bulannya.
Bagaimana apabila seperti Google tidak mau bekerjasama dengan Twitter?
Twitter bisa membuat halaman (site) khusus yang diperlengkapi dengan mesin pencari sendiri. Tidak akan sulit bagi Twitter yang memiliki jutaan user untuk mensosialisasikan ataupun mempopulerkan di kalangan pengguna Twitter maupun bukan pengguna Twitter. Lalu Google, bisa jadi akan semakin ditinggalkan jutaan penggunanya di seluruh dunia, karena akan lebih baik mengakses mesin pencari yang bisa menjadi satu dengan Twitter. Bisnis bukan semata kesempatan untuk mencari peluang, tetapi kecerdikan untuk menutup peluang. Google mesti membayarkan lebih banyak uang ke Twitter agar membuka lebih banyak aksesnya ke mesin pencari Google, ketimbang membuka akses lebih banyak ke mesin pencari lainnya. Fakta inilah yang termasuk turut mendorong Google untuk meluncurkan dan mengembangkan Google Plus.
Sekedar informasi, pada tahun 2012, Twitter disebutkan membukukan penerimaan sebesar USD 350 juta atau sekitar Rp 3,22 triliun (Alexis Tsotsis, TechCrunch, 18 Desember 2012). Tetapi angka tersebut diperkirakan akan terus menanjak hingga estimasi di 2014. Perkiraan terkini untuk tahun 2013 akan menembus di atas angka USD 1 miliar atau sekitar Rp 9,2 triliun. Sebesar 50% di antaranya diperkirakan berasal dari jasa periklanan pada layanan mobile (mobile ads). Bisa dikatakan pula, Twitter lebih banyak menggantungkan sumber penerimaannya yang berasal dari jasa periklanan. Sesuatu yang mungkin luput dari pengamatan kebanyakan pengguna Twitter, bahwa hanya dengan satu tombol tadi yang kemudian membuat terjadi aliran jutaan dolar setiap bulannya.
Jika Anda pengguna Twitter tentu akan dengan mudah menemukan elemen 'Trending Tweet' pada Twitter Sidebar (lihat gambar di atas). Bagian Tweet paling atas atau disebut top tweet biasanya akan dijumpai tombol promosi bertuliskan [Promoted]. Sekedar informasi, institusi bisnis ataupun individual user akan membayarkan begitu banyak uang agar Tweet milik mereka ditempatkan pada lokasi yang mudah dilihat dan diketahui oleh follower potensial. Kemudian, apabila dicermati pada bagian 'Who to follow' yang terletak pada Twitter sidebar, akan ditampilkan sejumlah promoted account yang bisa di-follow oleh siapapun. Mereka ini bisa berasal dari kalangan bisnis, selebritis, yayasan atau kelembagaan tertentu yang tentunya mereka akan membayar Twitter untuk mempromosikannya. Perhatikan gambar di bawah ini.
Sumber: EmpowerNetwork
Twitter memiliki fitur desain profil yang disebut fitur Enhanced Profile. Keistimewaannya, profil semacam ini akan diperbolehkan untuk memasangkan logo bisnis yang nantinya akan menjadi branding tweet. Logo branding diperlakukan tidak sama dengan picture profile seperti kebanyakan user profile. Fitur ini relatif belum lama diterapkan, tetapi diperkirakan akan mendulang cukup banyak uang bagi Twitter.
Anda ingin cepat terkenal? Cobalah layanan 'verified profile' agar pihak Twitter akan selalu mengarahkan penggunanya ke profil Anda. Layanan ini sering dimanfaatkan oleh para selebritis dengan membayarkan sejumlah uang USD 15.000 atau sekitar Rp 138 juta. Cara lain membuat terkenal melalui Twitter adalah membuat sebuah kejadian yang sangat luar biasa yang nuansa popularitasnya setara dengan bencana alam dasyat, meninggalnya artis/tokoh dunia, atau sebuah penemuan atau gebrakan yang merubah suatu kekuasaan. Itu pun tidak akan bertahan lama dan akan selalu muncul ke dalam top recommended to follow. Sosok terkenal sekalipun, tidak akan bisa mengendalikan, kecuali mereka mau membayarkan ke pihak Twitter.
Pengguna Twitter aktif tentunya akan sangat paham dengan penulisan kode ataupun bahasa sandi seperti tag maupun hashtag. Tetapi sedikit di antaranya yang mungkin memahami, apabila di sinilah tambang uang bagi Twitter. Siapapun boleh menuliskannya apa saja, karena pihak Twitter mengijinkan untuk melakukannya. Jika tujuan penulisan tag maupun hashtag adalah untuk kepentingan komersial, pihak Twitter akan mengenakan 'charge', terutama untuk perusahaan-perusahaan ataupun brand yang sudah lebih dulu populer. Sejumlah perusahaan dan brand asal Indonesia pun saat ini sudah dibidik dan menjadi klien Twitter. Jika tidak, pihak Twitter bisa saja akan mem-banned hashtag komersil tersebut.
BlackBerry ataupun iPhone (Apple) menggunakan aplikasi Twitter yang secara khusus didesain untuk penggunanya. Mengingat aplikasi tersebut tergolong aplikasi komersil, pihak Twitter pun berhak untuk mengenakan charge. Atas aplikasi serupa (komersil) pada Android maupun smartphone/tablet lainnya, pihak Twitter akan mengenakan charge. Sebagai imbal baliknya, Twitter memperbolehkan memasukkan kode berupa logo yang akan ditampilkan di setiap Tweet pada Twitter. Biasanya, para pembuat aplikasi tersebut maupun vendor akan mengenakan charge ke penggunanya secara berkala seperti sebulan sekali atau setiap kali update.
Sumber